Kategori
Bahasa Indonesia

Belajar Finansial Yuk!

Siapa yang merasa kalau belajar keuangan sama artinya dengan mata duitan?

Jika kamu merasa seperti itu, jangan malu. Kamu tidak sendirian. Dulu saya juga berpikir seperti itu. Karena tidak ingin merasa dan tidak mau dianggap mata duitan, kalau diajak belajar tentang finansial, saya langsung menghindar.

Teman-teman yang masih muda, jangan seperti saya ya. Mendekati umur 40 tahun dan ketika sedang menganggur, malah baru sadar betapa pentingnya memiliki financial literacy.

Proses belajar saya baru saja dimulai. Syukurlah saya kenal dengan seorang Financial Adviser yang sangat amanah dan selama ini menjadi mentor saya. Namanya Ica. Saya ketemu Ica dari seorang sahabat yang namanya Cia sekitar 4 – 5 tahun lalu. Ica dan Cia adalah sahabat sejak zaman kuliah.

Saya baru ketemu Cia lagi beberapa bulan lalu, semenjak Cia kembali dari studi S3 di Australia hampir 1 tahun lalu. Di pertemuan kami, Cia cerita tentang banyak hal, termasuk tentang Ica yang sudah beralih profesi menjadi seorang Financial Adviser. Cia belajar banyak dari Ica tentang bagaimana mengelola keuangan dengan baik, mulai dari memastikan asuransi kesehatan yang kita punya sesuai dengan kebutuhan kita, sampai dengan bagaimana agar Cia dapat mewujudkan cita-citanya untuk bisa travelling setiap tahun.

Saat itu, saya jadi tertarik untuk ketemu dengan Ica, terutama setelah tahu Ica juga adalah agen asuransi kesehatan yang kebetulan saya adalah salah satu nasabahnya. Menyadari bahwa umur terus bertambah, saya ingin asuransi yang saya miliki benar-benar bermanfaat ketika dibutuhkan. Sebelumnya, saya sama sekali tidak paham mengenai manfaat asuransi saya dan hanya tahu bahwa setiap bulan saya harus membayar premi sebesar Rp 350.000.

Menyadari bahwa umur terus bertambah, saya ingin asuransi yang saya miliki benar-benar bermanfaat ketika dibutuhkan.

Akan tetapi, saya baru ketemu Ica setelah tiba-tiba jadi pengangguran dan dorongan untuk memiliki financial security jadi lebih besar. Saya tidak pernah menyangka akan menjadi pengangguran tiba-tiba. Saya selalu bekerja dengan profesionalisme dan komitmen tinggi. Saya memiliki kompetensi, kepemimpinan dan kemampuan manajerial yang baik. Saya juga sosok yang jujur dan seorang pekerja keras. Kenyataannya, semua hal tersebut bukanlah jaminan, karena ada banyak hal yang tidak bisa kita kontrol yang kadang orang sebut sebagai ‘takdir’.

Ica mengajarkan banyak hal yang mudah dipahami dengan logika umum atau common sense. Satu hal yang akhirnya saya sadari dan pahami adalah mengelola keuangan itu bukan untuk menjadi kaya, tetapi agar dapat mewujudkan apa yang kita cita-citakan, hidup layak dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang kita kasihi.

…mengelola keuangan itu bukan untuk menjadi kaya, tetapi agar dapat mewujudkan apa yang kita cita-citakan, hidup layak dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang kita kasihi.

Ica mengajarkan istilah SIP yaitu Savings, Investments and Protection. Selama ini kita mungkin berpikir bahwa sudah cukup dengan menabung, apalagi kalau kita bisa menabung 30% dari pendapatan bulanan. Ternyata ada hal lain yang harus kita ketahui yaitu investments dan protection.

Saya dulu berpikir kalau saya butuh uang secukupnya saja untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak perlu berinvestasi ataupun menyisihkan untuk proteksi (baca: asuransi). Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, sebagai manusia kita punya banyak kebutuhan dan keinginan yang membutuhkan biaya. Jadi sebenarnya, apa manfaat dari investasi dan proteksi?

Kebutuhan dan keinginan setiap orang tentu berbeda misalnya butuh modal untuk memulai bisnis, ingin punya rumah atau mobil, ingin punya anak dan butuh menyekolahkan anak setinggi mungkin, ingin naik haji, ingin membantu orang tua, ingin jalan-jalan ke Eropa dan lain sebagainya. Biaya yang dibutuhkan juga bertambah besar setiap tahun karena pengaruh inflasi.

…sebagai manusia kita punya banyak kebutuhan dan keinginan yang membutuhkan biaya.

Belum lagi ketika kita mengalami masalah kesehatan yang mungkin muncul tiba-tiba, misalnya karena faktor keturunan, gaya hidup ataupun jenis pekerjaan. Risiko kesehatan tidak dapat dihindari, maka penting bagi kita untuk setidaknya memiliki asuransi kesehatan BPJS. Program pemerintah ini masih jauh dari sempurna. Akan tetapi kita harus mengapresiasi dan mendukung upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pemerintah. Jika mampu, kita pun bisa memiliki asuransi kesehatan lain yang sesuai dengan kebutuhan dan mungkin asuransi jiwa, khususnya jika kita punya tanggungan keluarga.

Pertanyaannya apakah uang simpanan kita di bank cukup dan akan bertambah banyak secara signifikan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan kita? Bagaimana jika tiba-tiba kita mengalami masalah kesehatan dan harus melakukan pengobatan dan perawatan? Jika uang kita tidak cukup apa yang dapat kita lakukan? Menunda atau menggagalkannya? Meminjam uang dengan bunga pinjaman yang malah menambah beban finansial? Atau menghemat dengan harapan tabungan kita bertambah banyak dengan cepat?

Pertanyaannya apakah uang simpanan kita di bank cukup dan akan bertambah banyak secara signifikan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan kita?

Saya mengikuti beberapa workshop mengenai pengaturan keuangan dengan judul Three Colors of Money atau 3CM yang diadkan oleh Komunitas Peduli Masa Depan. Intinya kita belajar mengenai 3 jenis warna uang, yaitu uang Merah untuk mendapatkan kenyamanan, uang Biru untuk berinvestasi dan uang Hijau untuk proteksi.

Jadi, dari 100% penghasilan kita, pertama kita sisihkan untuk zakat sebesar 2,5 – 10% dan diberikan kepada yang berhak. Kemudian sekitar 10% dari sisanya disisihkan untuk proteksi, 30% untuk berinvestasi dan 60% untuk keperluan sehari-hari.

Berdasarkan hasil pembelajaran saya, solusi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, ataupun menghadapi risiko kesehatan adalah dengan mengatur keuangan bukan menghemat pengeluaran.

Nah, bagaimana mengatur keuangan yang saya pelajari akan saya bahas di blog yang berbeda. Dan jika kamu mau kenalan dengan Ica, dengan senang hati akan saya perkenalkan.

Selamat belajar!

Oleh Devin Maeztri

Community Engagement Specialist at Automattic

2 replies on “Belajar Finansial Yuk!”

Komentar ditutup.